Menkeu, Gayus Tambunan dan Jebolan STAN

Dirjen Bea Cukai Anwar Supriyadi & Menkeu Sri Mulyani (Andika Wahy

Tak pelak, Gayus terus menjadi sorotan. Banyak media mengungkap sosok Gayus dan sepak terjang muliuner muda dari Warakas itu. Sorotan juga mulai merembet ke alumni lainnya dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), tempat Gayus menimba ilmu sebelum ditugaskan di kantor pajak.  

STAN adalah sekolah yang diburu banyak pemuda-pemudi Indonesia. Banyak dari mereka yang lulus, kemudian ditempatkan di Departemen Keuangan, terutama Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai, dua direktorat yang selalu dianggap sebagai instansi basah, meski sudah mereformasi birokrasi. Karenanya, STAN pun dibangga-banggakan sebagai "Sekolah Top Anti Nganggur".

Gayus adalah lulusan STAN angkatan 2000. Awalnya dia ditempatkan di kantor pajak Balikpapan hingga 2003. Setelah itu, dia kembali ditugaskan di kantor pusat Ditjen Pajak di Jakarta, mulai dari bagian Pajak Penghasilan (Pph) kemudian bergeser ke bagian Penelaah Keberatan, serta bagian Banding Ditjen Pajak.

Namun, Ditjen Pajak, juga Bea Cukai, tempat banyak alumni STAN berkecimpung kini mendapat sorotan tajam menyusul kasus Gayus yang menjadi buronan negara dalam kasus makelar pajak dan rekening tambun Rp 25 miliar. "Betapa sedihnya Ikatan Alumni STAN melihat perilaku salah satu alumninya yang bernama Gayus," ujar seorang pembaca VIVAnews. 

Dalam pesannya kepada para wisudawan STAN pada 10 November 2009 lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sesungguhnya sudah memberikan pesan moral mendalam kepada mereka. "Agar pada saat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dapat menjadi sosok yang amanah," kata Menkeu ketika itu.

Dia memperingatkan sejak awal melamar STAN, wisudawan seharusnya sadar dengan komitmen yang akan mengabdi sebagai abdi negara atau PNS. "Kehadiran saudara di lingkungan birokrasi pemerintah adalah melaksanakan tugas-tugas pelayanan kepada publik. Itu bukan tugas yang ringan," tandasnya.

Menurutnya, konsekuensi menjadi PNS memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Apalagi, saat ini publik terus menerus berharap adanya birokrasi pemerintah yang amanah, tetapi belum juga dinikmati oleh publik.
Sri Mulyani meminta lulusan STAN yang terjun ke dunia kerja bekerja ekstra keras, menjaga diri, "Tidak pernah berkompromi sedikitpun terhadap nilai-nilai yang dipegang, integritas dalam diri dan institusi," katanya.
Seluruh lulusan STAN harus terus menerus memperbaiki kompetensi diri sendiri. Sri Mulyani mengaku tak puas dengan IPK rata-rata 3 dan IPK maksimal 3,7. Mengingat pengalaman sebagai Menkeu, pergaulan internasional dan tantangan bangsa ke depan, dia menganggap IPK 3,6 belumlah cukup.

"Jika mahasiswa STAN punya IPK 3,6 namun kalah dari mahasiswa UI dengan IPK 3,4, anda harus malu," kata dia.

Kini, pernyataan Menkeu di STAN benar-benar diuji. Seorang alumni STAN malah kabur meninggalkan Indonesia setelah tersangkut dugaan kasus makelar pajak, plus rekening wah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ambigos Tiada Hari Tanpa Meng-Update Ambigos Setiap Harinya!
 

About Me

Foto saya
Ahmad Restu (lahir Jakarta, 1 Mei 1993) adalah seorang alumnus SD Negeri Tugu Selatan 02 Petang, SMP Negeri 136 Jakarta, dan hingga saat ini duduk di bangku sekolah SMK Negeri 36 Jakarta mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).

Follow On Facebook

Follow Now!

RSS Feed

Ambigos Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template